Langsung ke konten utama

Filsafat ontologis, epistemologisnya, aksiologis

Ontologis
Objek telaah daripada ontologis ini dia hanya melihat hakikat  dan inti dari sebuah kejadian yang berdasarkan realitas dalam segala bentuknya dan hanya melihat bagaimana keadaan yang sebenernya yang terjadi dari setiap kejadian.
Dalam ontologis ilmu membatasi diri hanya pada kajian yang bersifat empiris sehingga ilmu hanya di katakana sebagai sebuah ilmu itu ketika dia memiliki bukti secara empiris dan metodologis yakni ketika menelaah hakikat sebuah ilmu maka pembatasanya hanya ada pada dua objek yang empiris:
1. Objek materil: yaitu suatu bahan yang terjadi di lapangan
2. Objek formal: penentuan titik pandang terhadap objek materil
Dalam mengkaji sebuah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam maka ilmu membuat sebuah asumsi untuk dasar dan titik tolak dalam menelaah hakikat dari sebuah realitas, di bawah ini ada beberapa asumsi mengenai objek yang empiris yang di buat oleh ilmu yaitu: Pertama: setiap objek yang di telaah memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainya. Kedua: menganggap bahwa suatu benda tidak ada perubahan dalam jangka waktu tertentu. Ketiga: Anggapan bahwa suatu kejadian bukanlah sebuah hal yang kebetulan
Asumsi ini di buat untuk mendapatkan sebuh pengetahuan yang analitis dan mampu menjelaskan segala katianya dengan gejala yang terlah di alami di kehidupan

Epistimologis
Ilmu yang membahas mengenai sebuah proses ilmu menjadi sebuah ilmu pengetahuan, yang secara mendalam lebih membahas bagaimana proses memperoleh pengetahuan, ketika suatu pengetahuan sudah di analisa secara ontologis selanjutnya akan di analisa secara ilmiah.
Kajian epistimologis membahas tentang bagaimana proses memperoleh ilmu pengetahuan, hal apa saja yang harus di perhatikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar dan apa kriteria dari ilmu pengetahuan yang benar. Yang akan mempertanyakan bagaimana suatu hal itu datang, bagaimana mengetahuinya dan bagaimana mengetahuinya.
Landasan daripada epistimologis adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan, logika, etika dan estetika dan bagaimana cara untuk memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni. Karena dalam memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan harus mengimbangi antara pemikiran secara rasional dan  empirik serta keduanya harus saling mengimbangi.
Epistimologis dari metode keilmuan yang mengatur kepada proses berfikir yang di atur dalam suatu urutan tertentu, kerangka dasar prosedur dapat diuraikan dalam enam langkah sebagai berikut:
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
c. Penyusunan atau klarifikasi data
d. Perumusan hipotesis
e. Deduksi dari hipotesis
f. Tes pengujian kebenaran (Verifikasi
Dalam proses ketika melakukan metode keilmuan pada akhirnya akan berhenti ketika dalam menguji benar atau tidaknya sautu ilmu dan kemudian di adakanlah teori ilmu pengetahuan.

Aksiologi
Membicarakan mengenai nilai dari ilmu pengetahuan itu sendiri dan manfaat dari ilmu pengetahuan yang telah di uji dan juga dalam aksiologi memperhatikan suatu ilmu pengetahuan dari segi moral, dalam melihat hal ini ilmu pengetahuan tidak boleh terlepas dari bebas nilai dan teori nilai ilmu itu sendiri haruslah memiliki nilai estetika dan tidak boleh bebas nilai, ilmu pengetahuan harus memiliki nilai estetika dan nilai etika, pada penerapanya suatu ilmu pengetahuan tidak boleh di lepaskan begitu saja tanpa sebuah nilai yang terukur.
Nilai kegunaan ilmu akan bergantung pada manusia yang memanfaatkn ilmu itu sendiri. Dalam kehidupan terdiri dari dua golongan ;pertama golongan yang mengaanggap bahwa ilmu itu bebas mutlak berdiri sendiri. Golongan kedua berpendapat bahwa ilmu itu tidak bebas nilai. Adapun dalam Islam ilmu itu tidak bebas nilai. Nilai yang menjadi dasar dalam penilaian baik buruknya segala sesuatu dapat dilihat dari nilai etika (agama) dan estetika.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH CRITICAL REVIEW TULISAN POLA RELASI BISNIS DAN POLITIK DI INDONESIA MASA REFORMASI: KASUS RENT SEEKING

CONTOH CRITICAL REVIEW TULISAN POLA RELASI BISNIS DAN POLITIK DI INDONESIA MASA REFORMASI: KASUS RENT SEEKING Tulisan ini merupakan bentuk critical review dari Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik Vol. 1, No. 1, Maret 2016: 41 – 52 yang di tulis oleh ratna solihah Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP Univeritas Padjajaran dengan nomor ISSN 2502 – 9185 Jurnal ratna solihah yang berjudul “ pola relasi bisnis dan politik di Indonesia masa reformasi: kasus rent seeking ” secara umum menjelaskan bagaimana pola relasi bisnis dan politik di era reformasi yang melibatkan actor politik untuk membagi sumber daya negara dengan para pelaku bisnis yang mana pemburu rente melakukannya secara terbuka di era demokrasi. Pemburu rente yang terjadi di era reformasi tidak terlepas dari pengaruh rente dari rezim orde baru yang sudah bertransformasi berdasarkan situasi politik saat ini melalui berdasarkan rezimnya, yang dari orde baru ke masa demokratis di era ref...

TATAPERILAKU PADA MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Etika dalam Bahasa Yunani, “ethos” yang jika di kaji dalam bentuk tunggal artinya tempat, tinggal yang biasa, kebiasaan, padang rumput, adat, kendang, akhlak, perasaan, cara berfikir dan sikap. Dan jika adalam bentuk yang jamak yaitu “ta etha” artinya adat kebiasaan atau jika dalam Bahasa arab etika yaitu ilmu yang mempelajari akhlak manusia, [1] atau para etikawan mendefiniskan etika sebagai “ethics is the study of moral” etika adalah studi tentang pandangan moral dan tindakan manusia. Hegemoni luar terhadap kita menjadi lebih kuat dengan adanya globalisasi, dimana semua hal dapat masuk dengan mudah melalui, koran, media elektronik, internet, tanpa filter yang kuat, serta penanaman karakteristik kebudayaan yang lemah menjadikan orang mudah terhegemoni oleh kebudayaan dari luar yang mana hal itu menjadikan budaya dan karakteristik suatu wilayah akan hilang dari kepribadianya, sehingga menjadikan kita menjadi tidak lagi seperti diri sendiri maka dari itu pendidikan mengenai e...

IMPLEMENTASI ETIKA PEMERINTAHAN DI ARAB SAUDI

Kelompok 5 : 1.       Gita Permata Lestari (6670170016) 2.       Dede Surya Lesmana (6670170067) 3.       Yugni Maulana Aziz (6670170056) 4.       Endiansyah Pratama 5.       Dzikri Fadillah 6.       Yusuf Mardani Febria 7.       Nabilah Yasmin Belladina Kelas : III C Ilmu Pemerintahan Mata Kuliah : Etika Pemerintahan ETIKA PEMERINTAHAN DI ARAB SAUDI A.     Pengertian Etika             Etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik, atau ethikos yang berarti yang berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. sedangkan secara terminologis etika merupakan pengetahuan yang membahas baik dan b...