REVIEW POROS MARITIM JOKOWI
Ide
poros maritim dunia atau “global maritime axis” adalah gagasan besar Presiden
Joko Widodo yang sudah di kampanyekan sejak pilpres 2014 lalu, ide poros
maritime hadir sebagai solusi permasalahan bangsa yag sering terjadi seperti
korupsi, kebocoran anggaran, ketidakadilan dan sebagainya, ide ini hadir
harapanya agar kembali ke jati diri sebagai bangsa pelaut, dan hal ini menimbulkan
tantangan sekaligus peluang terhadap reaksi dalam maupun lular negeri.
Dalam
poros maritim Jokowi yang harus di garis bawahi bahwa bukanlah sekedar
jongos-jongosan namun yang di sebut
sebagai pelaut berarti sebagai kata cakrawala Samudra, sebagai bangsa pelaut
yang memiliki armada niaga, armada militer, yang kesibukanya menandingi irama
gelombang lautan itu sendiri, sebenarnya initinya dari poros maritime ini
sebenarnya Jokowi ingin meningkatkan
infrastruktur maritime yang terbengkalai dam untuk menghbungkan ribuan
pulau-pula yang ribuan kilo meter jauhnya dengan membuat fasilitas pelabuhan.
Dalam
kebijakan poros maritim tidak pula meninggalkan politik bebas aktif sebagaimana
yang di katakan dalam pidatonya Jokowi, dalam pernyataanya jelas bahwa dia
menyatakan bahwa politik bebas aktif masih menjadi basis kebijakan luar negeri.
Pada
dasarnya rumusan kebijakan luar negeri di pengaruhi oleh internasional dan
politik dalam negeri, agar lebih sistematis perlu sebuah kerangka Analisa dalam
proses kebijakan luar negeri Indonesia setidakny ada bentuk kebijakan luar
negeri sebuah negara:
1. Fleksibel
2. Nasionalis
3. Kompromi
dan
4. Tidak
melakukan tindakan/retorika saja
Dalam
perumusan kebijakan luar negeri Indonesia menurut folker ada banyak orang yang
mempengharuhi kebijakan yaitu, partai politik, Lembaga legislatif, budaya
politik, kelompok kepentingan, bentuk pemerintahan dan status negara, dalam
konteks kebijakan luar negeri jokwi yang Nampak di permukaan ada tiga kelompok
yang mempengaruhi kebijakan Jokowi yaitu kelompok kepentingan, Lembaga
legislative, dan partai politik
Pada pemerintahanya Jokowi berambisi mewujudkan poros
maritim dengan begitu dia mengenalkan 5 pilar utama 1) Budaya maritime 2)
Menjaga dan mengelola sumber daya laut 3) pengembangan infrasutuktur 4)
diplomasi maritime 5) membangun kekuatan pertahanan maritim, dan kebijakan
Jokowi atas poros maritim banyak sekali yang menanggapi dengan pro dan kontra
pasalnya Jokowi dinilai tidak terlalu faham mengenai kemaritiman mengingat dia
adalah seorang jawa yang berasal dari daratan.
Ide dan gagasan poros maritime tampaknya memang di
tanggapi dengan baik oleh internasional terutama kedua negara adidaya sebagai mitra
Indonesia yaitu amerika mendukung secara penuh terhadap poros maritime Jokowi
dan orang terkuat kedua di rusoa juga mengatakn mendukung secara penuh terhadap
kebijkan Jokowi terhadap poros maritime, namun negara negara tetangga menuai
kritik keras terhadap poros maritim Jokowi pasalnya di nilai sangat e berbahaya
dan sangat agresif sekali apalagi dengan adanya kebijakan penenggelaman kapal,
dari kebijakan Jokowi ada 2 interpretasi di internasional pertama kekuatan
angkatan laut Indonesia akan menjadi ancaman serius bagi negara tetangga, yang
kedua, penguatan maritime juga di artikan bahwa Indonesia memang sedang
mengalami ancaman dari luar.
Kesimpulanya
bahwa kebijakan laur negeri Jokowi masih mempertahankan pola politik bebas
aktif yang disesuaikan dengan keadaan era masa kini, terkait kebijakan poros
maritime berbagai pihak banyak sekali yang pro dan kontra entah dari oposisi
maupun dari pendukung Jokowi, ide dan
gagasan mengenai poros maritime Jokowi menjadi isu dan perhatian khusus dari
berbagai negara terutama negara-negara tetangga terutama negara Malaysia dan
dilihat sebagai agresifitas pemerintahan Jokowi, dengan adanya kebijakan poros
maritime Jokowi menjadikan kewaspadaan di hadapan negara-negara di Asia
tenggara dan negara Indonesia di anggap sebagai negara penting di Asia
Tenggara, jika pemerintahan Indonesia mampu memanfaatkan peluang ini untuk berdiplomasi
dengan negara di Kawasan asia tenggara maupun global akan sangat meningkatkan
daya tawar.
Sumber: Andalas
Jurnal of International Studies. Vol 4 No. 1 Mei tahun 2015

Komentar
Posting Komentar